pembuatan kunci pas dengan metode pengecoran
PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
PEMBUATAN KUNCI PAS MENGGUNAKAN METODE PENGECORAN
LOGAM

Nama
: Ahmad
Kamal
NIM : 561 417 043
Angkatan : 2017
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO
2019
A. CAPAIAN PRAKTIKUM
Mahasiswa terampil menggunakan berbagai jenis peralatan atau
mesin untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan suatu produk.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa terampil:
1.
Menyiapkan
bahan yang akan digunakan dalam proses produksi kunci pas .
2.
Mengidentifikasi
dan menyiapkan peralatan atau mesin yang digunakan dalam proses
produksi kunci pas.
3.
Menggunakan
peralatan kerja atau mesin dengan benar untuk memproduksi
kunci pas.
4.
Mengasilkan
produk berupa kunci pas sesuai spesifikasi.
C. TEORI DASAR
Pengertian pengecoran logam
Pengecoran
logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan
untuk menghasilkan bemtuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk
jadi.logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki
rongga cetak sesuai dengan bentuk atau desain yang diinginkan. Setelah logam
cair memenuhi rongga cetak dan tersolidifikasi, selanjutnya cetakan di
singkirkan dan hasil cor dapat di gunakan untuk proses sekunder untuk
menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka diperlukan pola yang berkualitas
tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan
lainya. Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya, dalam proses
pembuatan, pasir cetak di letakan disekitar pola yang dibatasi rangka cetak
kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai kepadatan tertentu. Pada
lain kasus terdapat pula cetakan yang mengeras atau menjadi padat sendiri
karena reaksi kimia pada perekat pasir tersebut. Pada umumnya cetakan di buat
menjadi dua bagian bagian atas dan bawah sehingga setelah pembuatan cetakan
selesai pola akan dapat di cabut dengan mudah dari cetakan.
. Sekarang ini cetakan banyak dibuat
secara mekanik dengan mesin agar lebih presisi serta dapat diproduk dalam
jumlah banyak dengan kualitas yang sama baiknya Klasifikasi yang berkaitan
dengan bahan pembentuk, proses pembentukan, dan metode pembentukan dengan logam
cair, dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Expendable mold, yang mana tipe ini terbuat dari
pasir, gips, keramik, dan bahan semacam itu dan umumnya dicampur dengan
berbagai bahan pengikat (bonding agents) untuk peningkatan peralatan. Sebuah
cetakan pasir khas terdiri dari 90% pasir, 7% tanah liat, dan 3% air.
Materi-materi ini bersifat patah (bahwa, bahan ini memiliki kemampuan untuk
bertahan pada temperature tinggi logam cair). Setelah cetakan yang telah
berbentuk padat, hasil cetakan dipisahkan dari cetakannya.
b. Permanent molds, yang mana terbuat dari logam yang
tahan pada temperature tinggi. Seperti namanya, cetakan ini digunakan
berulang-ulang dan dirancang sedemikian rupa sehingga hasil cetakan dapat
dihilangkan dengan mudah dan cetakan dapat digunakan untuk cetakan berikutnya.
Cetakan logam dapat digunakan kembali karena bersifat konduktor dan lebih baik
daripada cetakan bukan logam yang terbuang setelah digunakan. sehingga, cetakan
padat terkena tingkat yang lebih tinggi dari pendinginan, yang mempengaruhi
sturktur mikro dan ukuran butir dalam pengecoran.
c. Comosite molds, yang mana terbuat dari dua atau
lebih material yang berbeda (seperti pasir, grafit, dan logam) dengan
menggabungkan keunggulan masing-masing bahan. Pembentuk ini memiliki sifat
tetap dan sebagian dibuang dan digunakan di berbagai proses cetakan untuk
meningkatkan kekuatan pembentuk, mengendalikan laju pendinginan, dan
mengoptimalkan ekonomi keseluruhan proses pengecoran.
Pada
dasarnya semua logam yang mampu dicairkan dapat dibentuk dengan proses
pengecoran. Bahan-bahnan ini umumnya memiliki titik leleh yang rendah sampai
menengah. Untuk bahan yang titik cairnya tinggi jarang dilakukan dengan proses
pengecoran. Pada parakteknya bahan-bahan logam yang umum di lakukan pembentukan
dengan proses pengecoran adalah bahan besi, alumunium, tembaga, magnesium,timah.
Besi cor
(cast Iron) dapat didefinisikan sebagai paduan besi yang memiliki kadar karbon
lebih dari 1,7 %. Umumnya kadar karbon ini berada pada kisaran antara 2,4
hingga 4 %, merupakan bahan yang relatif mahal, dimana bahan ini diproduksi
dari besi kasar atau besi/baja rosok. Produk besi cor memiliki fungsi mekanis
sangat penting dan diproduksi dalam jumlah besar. Prosesnya sering dilakukan
dengan cara menambahkan unsur graphite ke dalam ladle sebagai pengendali.
paduan besi cor (alloy iron castings) bahannya telah dilakukan penghalusan
(refined) dan pemaduan besi kasar (pig iron). Produk-produk seperti crankshaf,
conecting rod dan element dari bagian-bagian mesin sebelumnya dibuat dari baja
tempa (steel forgings), sekarang lebih banyak menggunakan high-duty alloy iron
casting.
Benda-benda
cor dapat membentuk bagian bentuk yang rumit dibandingkan dengan bentuk-bentuk
benda hasil tempa (wrought) kendati diperlukan proses machining, akan
tetapi dapat diminimalisir dengan memberikan kelebihan ukuran sekecil mungkin
dari bentuk yang dikehendaki (smaller allowance), olleh karena itu
produk penuangan relatif ukurannya dilebihkan sedikit.
Alumunium
casting merupakan suatu cara ( metode ) pembuatan paduan logam alumunium dengan
menggunakan cetakan ( die casting atau sand casting ) dengan cara melebur
paduan logam yang kemudian dituang didalam suatu cetakan sehingga mengalami
pendinginan ( solidification ) didalam cetakan. Alumunium dipilih sebagai bahan
dasar casting karena memiliki beberapa sifat, yaitu:
a. Alumunium merupakan unsur dengan massa
jenis yang rendah ( 2.7 g/cm3) sehingga dapat menghasilkan paduan yang ringan
b. Temperatur leburnya rendah ( 660 .32
derajat celcius ) sehingga dapat meminimalkan energi pemanasan
c. Flowabilitynya baik, kemampuan mengisi
rongga – rongga cetakan baik
Untuk
menghasillkan paduan yang memiliki mechanical properties yang baik ( touhnest, tensile strength, ductility, wear
resistace, etc ) maka diperlukan adanya unsur paduan lain pada logam alumunum.
Logam – logam yang ditambahkan yaitu Silikon (Si). Silikon memiliki sifat mampu
alir yang baik ( fluidity ) sehingga akan memudahkan logam cair untuk
mengisi rongga–rongga cetakan. Selain itu Silikon juga tahan terhadap hot
tear ( perpatahan pada metal casting pada saat solidificasion karena adanya
kontraksi yang merintangi. Sifat AlSi dapat menghasilkan sifat–sifat yang baik,
yaitu : good castability, good corrosion resistance, good machinability,
dan good weldability.
Tembaga
digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik dalam keadaan murni
maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm2 dalam bentuk
tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 melalui proses
pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan aangka kekerasanya hanya mencapai 45
HB namun dapat ditingkatkan menjadi 90 HB melalui pengerjaan dingin, dimana
dengan proses pengerjaan dingin ini akan mereduksi keuletan, walaupun demikian
keuletannya dapat ditingkatkan melalui proses annealing (lihat proses perlakuan
panas) dapat menurunkan angka kekerasan serta tegangannya atau yang disebut
proses “temperature” dimana dapat dicapai melalui pengendalian jarak pengerjaan
setelah annealing. Tembaga memiliki sifat thermal dan electrical conduktifitas
nomor dua setelah Silver. Tembaga yang digunakan sebagai penghantar listrik
banyak digunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9 %.
Sifat lain dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric
serta berbagai serangan media korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung
melalui proses penyoderan, Brazing serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam
golongan logam berat dimana memiliki berat jenis 8,9 kg/m3 dengan titik cair
10830C.
Klasifikasi
pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran
dengan cetakan permanent (permanent Mold).
Cetakan tanah termasuk dalam expendable
mold. karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu
cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan,
jenis-jenis tanah yang digunakan adalah tanah liat
Secara umum
cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut:
a. Cavity
(rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan.
Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan
dibuat dengan menggunakan pola.
b. Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada
benda coran. Inti dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan
akan digunakan. Bahan inti harus tahan menahan temperatur cair logam paling
kurang bahannya dari tanah.
c. Gating
sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran turun.
Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung dengan ukuran
rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
d. Sprue
(Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini
juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan.
e. Pouring
basin, merupakan
lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk mengurangi kecepatan
logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran logam yang
tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair
yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
f. Raiser
(penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga
cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
Pengecoran Cetakan Tanah
Pengecoran
dengan cetakan Tanah melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menempatkan pola
dalam kumpulan Tanah untuk membentuk rongga cetak, membuat sistem saluran,
mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku,
membongkar cetakan yang berisi produk cord an membersihkan produk cor. Hingga
sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir masih menjadi andalan industri
pengecoran terutam industri-industri kecil.
D. BAHAN DAN ALAT
Bahan
:
1. Alumunium
2. Tanah liat
Alat
:
1. Tungku peleburan
2. Cetakan pasir
3. Wadah kaleng
4. Benang dan kunci
E. KESELAMATAN KERJA
Alat keselematan kerja dalam proses
pembuatan kunci pas adalah sebagai berikut :
1. Pelindung mata
Mata mesti terlindung dari panas, cahaya yang menyilaukan
dan debu. Beragam jenis kacamata pengaman memiliki manfaat yang tidak sama.
Kacamata debu bermanfaat melindungi mata dari bahaya debu, bram (tatal) ketika
menggerinda, memahat dan mengebor. Kacamata las bermanfaat melindungi mata dari
bahaya cahaya yang menyilaukan (rusaknya retina mata) ketika melakukan
pengelasan. Kacamata las bisa dibedakan terlebih pada kacanya, pada pekerjaan
las asetilin dan las listrik. Kacamata las listrik lebih gelap dibanding dengan
kacamata las asetilin. Terkecuali kacamata las ada juga kedok yang umum
dimaksud helm las atau kacamata las yang digabungkan dengan topi.
2. Alat pelindung kepala
Topi yaitu alat pelindung kepala pada umumnya, apabila
kita bekerja pada mesin-mesin yang berputar, topi melindungi terpuntirnya
rambut oleh putaran mesin bor atau rambut terkena percikan api ketika mengelas.
3. Pelindung hidung dan mulut
Ditempat- tempat tertentu dari bagian bengkel, hawa kerap
dikotori terlebih akibat kimiawi, akibat gas yang berlangsung, akibat semprotan
cairan, akibat debu dan partikel yang lain yang lebih kecil. Umpamanya
pengotoran pada pernapasan akibat debu kasar dari gerinda, kabut dari sistem
pengecatan, asap yang muncul saat pahat tengah digerinda dan asap saat mengelas
yaitu satu diantara contoh pengotoran hawa yang berlangsung. Penggunaan alat
pelindung pernapasan ditetapkan oleh jenis bahaya pengotoran hawa.
a. Penahan debu
Penahan debu berikan perlindungan pernapasan dari debu,
debu metalik yang kasar atau partikel yang lain yang bercampur dengan hawa.
Percayalah kalau penggunaan pelindung ini telah rapat benar, hingga hawa yang
dihirup lewat saringan (filter).
b. Saringan
Cartridge
Penggunaan saringan cartridge apabila jalannya pernapasan
memperoleh pengotoran dari embun cairan berracun yang memiliki ukuran 0,5 mikron.
Saringan cartridge di beri sinyal oleh pabrik manfaat menjelaskan manfaatnya.
Apabila merasa pernapasan begitu sesak selekasnya saringan ditukar. Percayalah
kalau menempelnya alat ini di bagian kulit muka betul-betul menempel dengan
baik. Supaya tak menyangsikan coba dengan menempelkan lembaran kertas atau
ditutup telapak tangan pada lubang hawa, lalu dihirup. Jika penghirupan merasa
sesak, bermakna tak ada kebocoran, ini tunjukkan perlekatan di bagian kulit
muka baik.
4. Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari
berbagai macam bahan sesuai keperluan. Yang kerap didapati yaitu :
a. Sarung tangan
kain
Dipakai untuk menguatkan pegangan. Sebaiknya dibiasakan
apabila memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam
lainnya
b. Sarung tangan asbes
Sarung tangan asbes dipakai terlebih membuat perlindungan
tangan pada bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini dipakai apabila tiap-tiap
memegang benda yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan
menempa (pande besi).
c. Sarung tangan kulit
Sarung tangan kulit dipakai untuk berikan perlindungan
dari ketajaman pojok pada pekerjaan pengecoran. Peralatan ini digunakan ketika
mesti mengangkat atau memegang bahan tsb.
d. Sarung tangan
karet
Terlebih pada pekerjaan pelapisan logam seperti pernikel,
perkhrom dll. Sarung tangan melindungi tangan dari bahaya pembakaran asam atau
melindungi dari kepedasan cairan pada bak atau panic di mana pekerjaan itu
berjalan. Sarung tangan karet dipakai juga membuat perlindungan rusaknya kulit
tangan karena hembusan hawa ketika bersihkan bagian-bagian mesin dengan memakai
kompresor.
5. Alat pelindung
kaki
Untuk
menghindari rusaknya kaki dari tusukan benda tajam, tertimpa benda yang berat,
terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung dipakai sepatu safety. Sepatu
ini mesti terbuat berbahan yang sesuai dengan jenis pekerjaan.
6. Baju pelindung
Dengan memakai baju pelindung yang di buat dari kulit,
maka baju umum akan terlepas dari percikan api terlebih pada saat mengelas dan
menempa. Lengan pakaian janganlah digulung, sebab lengan pakaian akan
melindungi tangan dari cahaya api.
Tingkat bahaya yang didapati di lingkungan pengecoran
logam ditetapkan oleh beragam aspek, salah satunya termasuk juga jumlah
karyawan, jenis logam dan bahan lain yang dipakai, ukuran benda yang akan
diciptakan, mekanisme kontrol pada sumber bahaya, system ventilasi, design
bangunan, dan sebagainya.
F.
GAMBAR
KERJA

G.LANGKAH KERJA
Langkah kerja pembuatan wajan dengan proses pengecoran adalah
sebagai berikut :
1.
Membuat cetakan tanah liat
2.
Melilit kunci dengan benang agar nanti kinci tersebut
mudah di keluarkan
3.
Menancapkan kunci di dalam tanah liat
4.
Jika kunci sudah tertancap dalam cetakan dan membentuk
kunci, Tarik kunci menggunakan benang yang di lilit tadi
5.
Peleburan logam.
6.
Penuangan logam cair ke dalam cetakan.
7.
Pendinginan dan pembekuan.
8.
Pembongkaran cetakan tanah
9.
Pembersihan dan pemeriksaan hasil coran.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembuatan wajan dengan metode
pengecoran adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan kunci pas dengan metode pengecoran lebih mudah
dan lebih cepat
2. Pembuatan kunci pas dengan metode pengecoran hasilnya
kurang bagus sehingga harus melakukan finishing seperti penghalusan kembali
Saran
Saran dari pembuatan kunci pas
dengan metode pengecoran adalah dalam proses pembuatan operator harus
memperhatikan alat pelindung diri agar terpakai dengan benar sehingga resiko
kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
Daftar pustaka
Surdia,tata,1982.teknik
pengecoran logam.jakarta:Pt pradnya paramita
http;//
Teknik mesin 2011 unila.blogspot.com
schey,A.jonh.:Proses
manufaktur.Departemen of mechanical
engineering university of waterloo, Ontario,1999.
Komentar
Posting Komentar